Categories: Ekonomi

Sobri Sang Inovator Bioreaktor Kapal Selam Berpeluang Raih Kalpataru

Pati – Kilaspersada.com, Nama Muhammad Sobri, inovator Bioreaktor Kapal Selam, kembali menjadi sorotan setelah hari ini mendapatkan kunjungan dari Tim Verifikasi Lapangan Calon Penerima Penghargaan Kalpataru Tahun 2020.

Sobri menjadi salah satu dari 14 nominator peraih Kalpataru tingkat Jateng, setelah sebelumnya namanya diusulkan oleh Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Pati.

“Memang DLH yang mengusulkan Pak Sobri, karena memang aturannya penghargaan Kalpataru ini harus diusulkan bukan nominatornya yang mengajukan diri”, terang Purwadi, Kepala DLH Pati.

Lebih lanjut, Purwadi menjelaskan bahwa Sobri masuk nominator pada kategori Pembina Lingkungan.

“Yang berhak mendapat penghargaan pada kategori ini ialah seseorang yang mampu melestarikan fungsi lingkungan
hidup, kemudian juga mempunyai pengaruh dan prakarsa untuk penyadaran dan peringkatan peran
masyarakat, ataupun juga mampu menemukan teknologi baru yang ramah lingkungan”, jelasnya.

Pemilihan Sobri, bukan tanpa alasan. Sebab menurut Kepala DLH Kabupaten Pati, sebelumnya Sobri dan inovasi Bioreaktor Kapal Selamnya juga sudah sering mengharumkan nama Pati baik di tingkat Jateng maupun nasional.

Mulai dari penghargaan lomba krenova teknologi tepat guna Jateng, penghargaan Kemenristekdikti, hingga ia pun sukses mengantarkan Desa Langse terpilih sebagai wakil Jateng dalam lomba desa mandiri energi. Bahkan sejumlah daerah pun tertarik untuk mempelajari temuannya.

Siang tadi, tim verifikasi pun mendatangi Desa Langse dan meninjau hasil inovasi Sobri sambil menyimak paparan Sobri tentang dampak teknologi temuannya bagi lingkungan sekitar.

Tim Verifikasi Jateng yang datang hari ini berasal dari berbagai unsur, seperti dari Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Provinsi Jawa Tengah, Setda Provinsi Jateng, Dinas Kelautan dan Perikanan Jateng, serta perwakilan dari LSM maupun Akademisi di lingkungan Propinsi Jateng.

Sobri pun dengan penuh percaya diri mengenalkan sistem pengolahan limbah pertanian dan peternakan yang telah mengantarkannya menjadi juara dalam kompetisi tingkat nasional tersebut.

Alat ciptaannya Sobri rupanya mampu mengubah sampah kotoran ternak seperti sapi, kambing, ayam, dan kelinci menjadi beragam hal yang bermanfaat.

Setidaknya ada tiga produk yakni pupuk, gas metana, dan dekomposer.

“Pupuk yang dihasilkan berbentuk cair dan padat. Dan bisa digunakan untuk kebutuhan 10 hektare lahan di sekitar bioreaktor”, papar Sobri.

Sementara itu, lanjutnya, metana pun memiliki manfaat yang sangat besar.

Doktor lulusan Institut Pertanian Bogor (IPB) ini lantas menjelaskan bahwa gas hasil pengolahan kotoran ternak itu bisa diubah menjadi berbagai energi, baik untuk listrik maupun bahan bakar traktor.

“Selain untuk penerangan di sekitar lokasi bioreaktor, gas metana itu juga bisa menghidupkan 32 lampu jalan”, imbuh Muhammad Sobri.

Alhasil, jalan Langse-Gembong yang awalnya gelap sekarang terang benderang.

Metana tersebut juga dimanfaatkan untuk memasak dan sebagai bahan bakar traktor.

Selain itu, juga untuk menghidupkan pompa air dan mesin diesel dengan daya 10 ribu watt.

”Mungkin ini bisa menjadi solusi untuk peternakan. Persoalan bau kotoran bisa teratasi. Kotoran bisa digunakan untuk sumber energi. Tentu lebih hemat energi, tidak perlu menggunakan elpiji. Sangat efisien,” lanjut Sobri.

Produk lain yang dihasilkan bioreaktor itu adalah dekomposer, yakni mikroba yang bisa menghancurkan sampah organik.

Pembuatan alat ini berawal dari keresahan Sobri melihat kondisi para petani.

Ia berpandangan, petani Indonesia memiliki modal besar untuk bertarung di kompetisi global. Namun, pertanian di Tanah Air kurang efisien sehingga menyebabkan biaya produksi yang tinggi.

Efisiensi inilah yang dikejarnya. Dia berharap bioreaktor kapal selam tersebut bisa memperkuat peran petani. Dengan biaya seminim mungkin, mereka bisa sejahtera.

Dengan demikian, imbuh Sobri, impian berdikari dalam bidang pangan bisa terwujud.

”Sebab, semua produk pertanian dan peternakan bisa dimanfaatkan. Limbah peternakan bisa jadi pupuk untuk pertanian. Limbah organik pun bisa dimanfaatkan menjadi metana sebagai bahan bakar. Semua bermanfaat, semua bisa efisien,” papar Sobri.

Dibandingkan sistem pengolahan limbah dan kotoran lainnya, Sobri mengklaim alat buatannya memiliki banyak kelebihan. Misalnya, jika bocor akan terdeteksi, lantaran di sekitar reaktor dikelilingi air. Jadi, akan muncul gelembung saat bocor.

”Tekanan gas juga tinggi. Jadi tidak perlu ditambah kompresor dan blower untuk menghidupkan genset atau mesin lainnya. Selain itu gas bisa dialirkan hingga lebih dari 10 kilometer. Bahkan untuk menyalakan 100 kompor berbarengan pun bisa. Karena dikelilingi air, jadi cukup aman,” tambahnya.

Sebenarnya dia menggagas bioreaktor kapal selam itu sejak 10 tahun lalu.

Hanya, saat diajukan belum ada yang menerima. Banyak yang meminta bukti terlebih dahulu. Karena itulah sejak 2014 dia mulai menggagas dan melakukan riset.

Hingga akhirnya pada 2014 Sobri mengembangkan teknologinya di Desa Langse bersama kelompok yang dibinanya.

Selain di Langse, proyek Sobri ini juga dikembangkan di Tlogowungu, Ngemplak, Sinomwidodo dan di Malang, Jawa Timur.

”Lalu di tahun 2017 temuan itu saya patenkan, baik merek maupun teknologinya”, lanjut Sobri.

Karena inovasinya tersebut, berbagai daerah pun berbondong-bondong melakukan studi banding. Tercatat perwakilan dari Trenggalek, Pekalongan, Temanggung, Nganjuk, Malang, Lampung, Kalimantan hingga Papua pernah datang untuk melihat temuannya itu.

Selain dikenal dengan Bioreaktor Kapal Selam, Sobri juga termasuk getol mengembangkan dan memasyarakatkan pertanian organik.

Menurutnya, pertanian organik tidak hanya baik untuk kesehatan saja, melainkan juga mampu menjadi jawaban atas persoalan degradasi lingkungan hidup.

Hal yang membuat pertanian organik sulit berkembang, salah satunya karena produk organik dianggap sebagai produk premium. Harganya mahal, hanya tersedia di outlet-outlet kaum elit. Akibatnya hanya segelintir kalangan yang sanggup membelinya secara terus-menerus.

Berangkat dari kenyataan ini, Sobri merasa tertantang. Menurutnya pangan organik seharusnya bisa diakses oleh semua kalangan. Toh, nenek moyang bangsa Indonesia sejak jaman dahulu sudah terbiasa mengkonsumsi pangan organik dengan harga yang tak mahal.

Ia pun menyulap satu hektar lahan pertanian di daerah Langse Margorejo menjadi rintisan pertanian organik. Mereka pun getol mengkampanyekan pangan organik dan bahkan bersedia memberikan bimbingan bagi petani yang tertarik memulai pertanian organik.

Di desa Langse, ia menjadi salah satu penggagas pertanian organik ini.

Ia memulainya dengan menunjuk Kelompok Tani Kembang Joyo di bawah kepemimpinan Siti Nur Khalimah untuk mengolah lahan pertanian yang ada menjadi pertanian organik.

Saat ditanya tentang perbedaan antara hasil panen dari sistem organik dan non organik, Sobri pun punya jawaban menarik.

“Jelas berbeda, dari segi kualitas jelas beda. Kalau dari organik tidak mengandung bahan kimia berbeda dengan non organik. Lalu untuk sayuran organik lebih cepat lunak ketika dimasak”, imbuhnya.

Mengenai lahan, menurutnya, semua lahan bisa digunakan sebagai pertanian organik, namun perlakuan pada tanah akan berbeda, apalagi jika lahan sebelumnya selalu memakai pupuk non-organik.

Ia pun tak menolak jika ada petani yang berminat belajar dan mengunjungi kebun organik Langse sekaligus berkonsultasi dengan tim.

“Bila petani yang belum mencoba pertanian organik saya harap tidak takut untuk mencoba. Pertanian organik tak selalu identik dengan modal yang mahal dan besar, tinggal kemauan petani saja untuk beralih ke organik”, ujarnya.

Menariknya, Sobri pun lantas menggagas wisata petik tanaman organik di daerah tersebut. Dan yang tak kalah seru, pengelola juga berencana memperkenalkan para wisatawan dengan reaktor biogas penunjang pertanian organik.

(Hms/As)

Kilas Persada

Recent Posts

Satreskrim Polresta Pati Cek Makanan dan Minuman di Swalayan dengan Menggandeng Dinas Terkait

Kilaspersada.com Pati- Satuan Reserse Kriminal (Sat Reskrim) Polresta Pati bekerja sama dengan Dinas Perdagangan dan…

1 minggu ago

Saling Berbagi di Bulan Ramadhan,Forum Wartawan Pati Bagikan 200 Takjil ke Pengguna Jalan

Kilaspersada.com Pati - Bertempat di depan Gedung Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Pati, aliansi…

2 minggu ago

Pemkab Pati Berikan Bantuan Kesejahteraan Guru TPQ, Sekolah Minggu,Madin dan Ponpes di Pati Saat Jelang Lebaran

Kilaspersada.com Pati -Bertempat di Pendopo Kabupaten Pati Pj Bupati Pati Henggar Budi Anggoro menyerahkan bantuan…

2 minggu ago

Kepala KaKankemenag Serahkan Piagam Penghargaan Pilot Project Zona Integritas MTsN 1 Pati Saat Penutupan Kegiatan Ramadhan

Kilaspersada.com Pati- Kegiatan ramadhan MTsN 1 Pati ditutup oleh Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten Pati,…

2 minggu ago

Kawal Pesta Demokrasi, Koalisi Pati Maju Tancap Gas

Pati - Kilaspersada.com, Dari awal pertemuan yang bertajuk guyon maton untuk menuju Pati lebih maju.…

2 minggu ago

4 Titik Menjadi Prioritas Perbaikan Jalan Di Pati Menjadi Terlambat,Ini penyebabnya

Kilaspersada.com Pati-Hujan dengan intensitas tinggi di Kabupaten Pati selama sepekan berimbas memperparah kerusakan jalan. Ada…

2 minggu ago